Minggu, 20 November 2011

Diaru Nasution Apakah Mandailing Batak atau bukan ? By. St. Diaru Parlindungan Nasution.

Dalam membentuk suatu komunitas yang mampu bertahan hidup pada zaman dahulu tentu sangat tergantung kepada tempat mereka berdiam , geokrafisnya , ketersediaan alam untuk kebutuhan , kesuburan tanahnya , iklim yang baik dan seterusnya.
Mandailing yang sangat dikenal dengan sebutan Tano Omas Sigumorsing , rura Mandailing , Napa-napa ni Mandailing , Rura naso tariang , dst. ( Tanah mas yang kekuning - kuningan , Belukar Mandailing , tanah yang datar Mandailing , hutan kecil atau rawa yang tak bisa dikeringkan ) Yang mengartikan bahwa wilayah Mandailing area yang sangat ideal untuk berkembangnya kehidupan yang sangat layak dan maju.

Mas yang begitu banyak terkandung di tano omas sigumorsing sampai hari ini masih tersisa sangat banyak walau sudah du keruk dari abat ke abat atau pada abat ke delapan malah mungkin dari abat ke empat sampai hari ini masih mudah menemukan biji-biji mas tersebut.

Pertanian yang subur yang pada hari ini pun masih di temukan di rura Mandailing yang terhampar luas begitu juga untuk tambahan makanan dan mata pencaharian sebagai penangkap ikan masih dapat di temukan di sungai sungai yang sebahagiannya masih terpelihara di rura Mandailing na sora hiang sana.
Hasil hutan yang masih ada yang belakangan ini kurang ter urus dan menmgalami kerusakan yang sangat parah oleh tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab.

Akibat dari semua keadaan yang tersedia dari zaman dahulu kala dan tidak habis sampai sekarang Bangsa Mandailing sudah per nah hidup dalam kemahrifahan menjadi Bangsa yang besar dikenal sampai ke daratan India , Timur Tengah , Afrika terus ke Eropah sana karena kekayaan alamnya.

Mengapa Orang Mandailing hanya disebut sbg puak Mandailing saja ?

Batak na maninggoring ( kepanasan , kekurangan air ) apa ia Mandailing pernah kekeringan ?

Tentu sangat di pahami ada udang di balik peyek !

Keserakahan dan kerakusan serta pemaksaan kehendak yang sangat berlebihan ....

Untuk menguasai Mandailing harus di buat satu startegi yang canggih agar dapat di kuasai .... setelah ada wilayah atau etnis yang sudah mampu dikuasai penjajah sepenuhnya walau ia sangat kecil harus dibesarkan , truktur garis keturunannya di benahi , doktrinisasi , manusianya diberikan kemudahan untuk mendapatkan ilmu , namanya dibesarkan , walau sampai hari ini masyarakatnya masih suka menyelipka tembakau atau sirih disela bibirnya....

Istilah sekarang di mark up kali ya ...namanya... ,

Bangsa yang besar di gembosi sehingga dia mengecil sekecil-kecilnya kalau perlu harus punah dari tanah nenek moyangnya...
Tapi sayang seribu kali sayang , sejago-jagonya orang menghapus jejak orang lain maka ia sangat mudah lupa dengan jejak kakinya sendiri. Tonggo-tonggo Si Boru Deak Parujar Sangat jelas menceritakan bahwa etnis yang sangat loyal kepada penjajah tersebut adalah mempunyai nenek moyang orang Mandailing

Tonggo-Tonggo Si Boru Deak parujar
(Batara Sangti 1977 : 278).

Ayo bunyikan gendang dari Nenek moyang kita, Tuan Kumarakumari, Si Kumara perempuan, yang memiliki-aji tambah bersahaja , yang memiliki aji ramu-aramuan , suami dari Nenek moyang Kita Sibaso Nabolon, yang bergantung pada tali siubar, yang hinggap di mombang boru.

Dari tanah lembah , tanah kelabu sejati, dari tanah bakil Mandailing , tanah yang termasyhur , bagaikan suara yang merdu , perpisahan daripada tanah , yang merupakan muara sungai : Dari situlah tangga jalan ke atas (asal usul kita ) , yang melahirkan nenek moyang Kita : Debata Nan Tiga , Nan Tiga Segi , Nan Empat Kerajaan , ke Benua tengah ini.

Di situlah bertamasya Nenek moyang kita Si Boru Deak Parujar , yang memiliki kecerdikan dan banyak akal :
1. Yang mengamanatkan : “ Tidak boleh melanggar sumpah, tidak boleh mengingkari ikrar”
2. Asal mula : “ Kepercayaan “
3. Asal mula : “Sahala “
4. Asal mula : “'Kerajaan “
5. Asal mula : “Alat ukur Gantang, yang jujur”
6. Asal mula : “Batu-asahan satu seikat”
7. Asal mula : “Bajak bagai pembelah tali”'
8. Dari situlah asal mula : “Penentu mahar bagi anak perempuan yang akan dinikahkan”.
9. Asal mula : “ Nama seseorang yang tak sanggup disebut”
10. Hal ini telah dinukilkan : Kepada kudayang banya ditelingany kuda , dewata”

Dan seterusnya.... Mengapa Orang Mandailing di sebut sebagai salah satu dari puaknya sedangkan Mandailing itu asal usul dari nenek moyang nya.

Di dalam Mark Up tersebut masih ada yang terlupakan untuk di modifikasi.... yaitu seperti kesempurnaan bahasa untuk menjadi syarat bangsa yang pernah besar , geografis yang mendukung agar pernyataan sebagai bapak moyang dari satu bangsa agar terjawab dengan benar ,tulisan atau aksara yang sempurna dari yang lain agar ia jelas yang paling segalanya , budi pekerti yang luhur yang merupakan lambang tinggi rendahnya budaya atau peradaban suatu bangsa .

Mengapa nggak di rombak sekalian kalau memang mau mengimbangi Bangsa Mandailing...?

Penggembosan marga-marga yang tadinya adalah marga Bangsa Mandailing

1. Nasution
2. Lubis
3. Pulungan
4. Rangkuti
5. Batubara
6. Matondang
7. Mardia
8. Hasibuan
9. Dasopang
10. Parinduri
11. Daulae
12. Batu na bolon
13. Rambe
14. Mangintir
15. Munte
16. Panggabean
17. Tangga Ambeng
18. Margara
19. Babiat
20. Baumi
21. Dongoran
22. Harahap
23. Huta Suhut
24. Pane
25. Pasaribu
26. Payung
27. Ritonga
28. Tanjung
29. Siregar
30. Dalimunte
31. dan seterusnya....

Yang ahirnya marga – marga orang Mandailing tersebut yang diakui sang penjajah hanya tersisa sebilan marga saja yaitu :

1. Nasution
2. Lubis
3. Pulungan
4. Batubara
5. Rangkuti
6. Daulae
7. Dalimunte
8. Matondang
9. Parinduri

Tentu tujuannya sangat jelas ....?

Ada yang bilang , agar mudah untuk dikuasai karena sudak terpecah belah juga ada yang mengatakan dengan mengecilkan sang etnik pembangkang yang menjadi muslim supaya mudah di keristenkan dan sebagian lagi menyatakan supaya etnis yang keloyalannya kepada penjajah sudah tidak diragukan lagi supaya membengkak dan besar sebagai ... terserah lah....

Semua itu kembali kepada si pembaca. ...
Mengingat batas wilayah kekuasaan Mandailing zaman dahulu adalah, Barus , Kota Pinang , Simpang Kawat , Ranjo batu , Pasaman.

Barangkali yang menjadi bukti yang tersisa apabila kita memperhatikan pelaksannan adat istiadat pada setiap daerah , kata si Ompung dulu...untuk menguji kesetiaan daerah yang menjadi wilayah Mandailing kecuali Mandailing Godang/Julu, Sang Raja bertitah : “ Dalam pemotongan Longit atau hewan yang akan digunakan untuk persta adat harus di kasi alas berupa dau-daunan agar darah tsb tidak langsung tertumpah di atas tanah kekuasaan “. Pada zaman dahulu ini sangat di patuhi , malah telah menjadi persyaratan adat , semoga masih di temukan....

Kesenian.....!

Diciptakan Kesenian baru.... seperti Tilhang... dengan lagunya ....Ooo da jamila , da jamila ( Nama Muslimah) da bintang film India boru ni Pandeta , Parmaen ni kuria , Na so adong do dio ila , Oo da ......

Keceplosannya sang pangarang lagu yang menciptakan lagu :
Sian Mandailing Godang do....
Asal mula nisitogol da bo ....
Margambira bope marsak ho.....
Marsitogol... sitogol.....

Kasian kali bangsa ku itu...!

Sejak dikuasai sang Penjajah sampai puncaknya yang sangat tragis dan sadis yaitu tahun 1871 M. Ditetepkan pajak yang mencekek leher , Dando atau denda untuk inlander , khususnya di Mandailing .

Horbo mate = 4 ria ,
Horbo mangolu = 6 ria ,
telpa = 14 ria ,
Halak Undangan = 20 ria ,
Halak parampuan = 25 ria ,
Halak bujing = 30 ria .

Pada saat itu kurs nya 1 ria = F 0,60 cen . Ria sepertinya mata uang Mandailing – data ini ditemukan di catatan si Ompung dengan judul UHUM

Kekejaman ini juga turut membuat Sutan Naposo cucu dari Tuanku Kali Sutan Panyabungan terpaksa menyeberang ke negeri orang untuk tetap berjuang mencari biaya untuk perang selanjutnya dengan meninggalkan warisan orang tuanya yang kebetulan secara turun - temurun menjadi penguasa yang pro bangsanya sendiri dan kekuasaan itu pun berhasil di caplok antek-antek penjajah yang tidak punya muka dan harga diri.
Achirnya beliau pun tetap harus bertarung di negeri Jiran sana , beliau sempat pulang ke Mandailing pada tahun 1922 untuk menebus saudaranya dari perbudakan dengan membayar sebesar F 80 per kepala dan dilaksanakan , demikianlah umur , tiada yang tau ahirnya , ternyata beliaupun sekalian wafat di kampung halamannya sendiri.

Tuanku Kali Sutan Panyabuangan adalah murit Tuanku Imam Bonjol yang selalu berhasil menghindar dari perburuan antek – antek penjajah , beliau Lahir , tgl 15 Januari 1740 M. Sebagai penguasa yang sah atas tana ulayat Panyabungan julu juga sebagai ulama dan pejuang yang tidak pernah menyerah , walau Istananya berulang kali di bakar musuh , beliau tetap berjuang dan hanya usialah yang mengalahkan beliau hingga wafat pada tahun 1849 M.
Sampai hari ini Beliau masih tetap di kenang , paling tidak anak keturunannya.

Barangkali masih banya bukti pengerusakan yang lain agar orang Mandailing mengakui diri mereka adalah bagian dari etnis bengkak yang sangat loyal terhadap penjajah...yang sangat serius untuk memusnahkan Bangsa Mandailing serta mengkristenkan wilayah Mandailing .

Mohon di koreksi atas kesalahan... !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar